SHARE

ditulis bersama dengan M. Alim Yekini

Pada 20 April, satu dekade yang lalu, Barcelona kalah 3-1 dari Inter Milan pada leg pertama semifinal Liga Champions Eropa. Walau unggul terlebih dahulu lewat gol Pedro, Barcelona pada akhirnya takluk lewat tiga gol Inter Milan.

Pertandingan ini berlangsung di markas Inter Milan, Giuseppe Meazza, di Kota Milan. Beberapa berpendapat kekalahan tersebut ada kaitan dengan lelahnya Lionel Messi dkk setelah melakukan perjalanan darat selama 13 jam menuju kota Milan.

Barcelona ke Milan sebenarnya dapat ditempuh dalam waktu sekitar 5 jam saja lewat jalur udara. Tetapi, Barcelona mau tidak mau harus menempuh jalur darat akibat ditutupnya seluruh jalur penerbangan Eropa selama sekitar dua pekan di masa itu. Apa yang sebenarnya terjadi?

Eyjafjallajokull

Pada bulan Januari hingga Maret di tahun 2010, terjadi peningkatan aktivitas seismik di sekitar Gunung Eyjafjallajokull (klik untuk tahu cara melafalkannya), Islandia, yang jauhnya lebih dari 2500 km dari Milan. Eyjafjallajokull merupakan salah satu dari puluhan gunungapi aktif di Islandia. Peningkatan aktivitas seismik ini kemudian diikuti oleh terjadinya erupsi yang mengeluarkan aliran lava dari lereng gunungapi tersebut pada 20 Maret hingga 12 April.

Pada 14 April pusat erupsi berpindah ke bagian puncak Eyjafjallajokull. Berbeda dengan erupsi sebelumnya yang lebih tenang, erupsi kali ini berkarakter eksplosif dan memuntahkan abu vulkanik setinggi 10 km dari puncak gunungapi.

Erupsi ini terus-menerus memuntahkan abu vulkanik hingga pada hari ketiga sejak erupsi eksplosif pertama. Pada saat itu angin bergerak relatif ke tenggara dan selatan. Pergerakan angin ini membuat abu vulkanik bergerak ke arah tenggara, menuju Eropa.

Hal lain yang membuat Eyjafjallajokull berbahaya adalah adanya gletser yang menutupi gunung ini. Interaksi material panas dan es ini juga menyebabkan erupsi menjadi eksplosif. Hal ini seperti letupan yang terjadi jika es lemparkan ke dalam wajan yang panas.

Sebaran abu vulkanik Eyjafjallajokull tahun 2010 yang bergerak ke arah tenggara (foto: NASA | Flickr)

Erupsi Eyjafjallajokull ini membuat Iceland Meteorological Organization (IMO) mengabarkan kepada Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) London. VAAC London menyimpulkan berdasarkan model bahwa potensi gangguan abu vulkanik pada perjalanan udara di Eropa tidak bisa dihindari.

VAAC London kemudian memberikan peringatan kepada otoritas penerbangan Eropa. Inilah yang membuat lebih dari 20 negara Eropa membatalkan semua penerbangannya, termasuk tentu saja Spanyol dan Italia.

Penutupan dan pembatalan penerbangan di beberapa negara Eropa ini jelas sangat merugikan. Setidaknya 100 ribu jadwal penerbangan dibatalkan selama masa penutupan itu. Pembatalan penerbangan ini juga berdampak pada 7 juta penumpang dan juga rute barang secara global. 

Oxford Economics mencatat, kerugian yang dialami sektor aviasi ditaksir mencapai 2,6 miliar Dollar Amerika. Bahkan penutupan sementara ini juga menyebabkan penurunan produk domestik bruto secara global hingga mencapai 4,7 miliar Dollar Amerika.

Mengapa Abu Vulkanik Berbahaya dalam Penerbangan?

Abu vulkanik adalah material sangat halus yang dikeluarkan dari gunungapi ketika erupsi. Salah satu material penyusunya adalah pecahan gelas vulkanik. Pecahan gelas vulkanik ini terbentuk akibat pembekuan magma yang sangat cepat.

Pecahan gelas ini berukuran sangat sangat halus dan memiliki sisi yang tajam. Pecahan gelas vulkanik inilah yang menjadi bahaya pada manusia tidak terkecuali dunia penerbangan.

Abu vulkanik yang terlontar ke udara akibat letusan eksplosif ini dapat bertahan di atmosfer dalam beberapa hari. Dalam beberapa hari ini, abu vulkanik dapat tersebar hingga ribuan kilometer jauhnya ketika terbawa angin.

Tentunya akan menjadi berbahaya jika sebaran abu vulkanik ini melintasi jalur penerbangan yang padat. Pilot bisa saja tidak dapat membedakan gumpalan abu vulkanik ini dengan awan biasa sampai abu vulkanik ini memberikan efek pada pesawat, seperti tergoresnya kaca pesawat.

Peta Sebaran abu vulkanik Eyjafjallajokull antara 14 April hingga 25 April 2010 (warna abu-abu gelap) yang menutupi sebagaian besar Eropa; posisi Eyjafjallajokull ditandai dengan titik merah (sumber: Cogiati | wikimedia commons CC BY-SA 3.0)

Gelas vulkanik ini memiliki titik leleh antara 650 hingga 1200℃, bergantung pada komposisinya. Sementara itu, suhu pada proses pembakaran dalam turbin pesawat bisa mencapai suhu 1400℃. Oleh karenanya abu vulkanik akan meleleh jika masuk ke dalam turbin pesawat yang sedang mengudara.

Lelehan gelas vulkanik ini dapat tersangkut pada mesin pesawat. Hal ini tentu berbahaya karena dapat mengganggu mesin bahkan sampai membuat mesin mati. Selain itu juga, abu vulkanik juga dapat menyebabkan abrasi pada mesin pesawat dan berbagai bagian pesawat.

Insiden Aviasi Akibat Abu Vulkanik

Menurut Badan Geologi Amerika Serikat (USGS), hingga tahun 2009, terdapat 79 insiden penerbangan akibat abu vulkanik, 9 diantaranya adalah terjadi kegagalan mesin akibat penyumbatan abu vulkanik pada bagian jet pesawat.

Salah satu peristiwa terkenal adalah Insiden Jakarta yang terjadi pada tahun 1982. Ketika itu Speedbird 9 yang melintasi langit Jakarta harus mendarat darurat di Bandara Halim Perdanakusumah karena semua mesinnya mati akibat abu vulkanik Gunung Galunggung.

Insiden ini, dan beberapa insiden Alaska 1989, menjadikan International Civil Aviation Organization (ICAO) dan World Meteorology Programme (WMO) di tahun 1990 membuat usaha yang dikenal sebagai International Airways Volcano Watch (IAVVW) dan berujung menjadi Volcanic Ash Advisory Centres (VAAC).

Pasca kejadian Jakarta 1982 dan Alaska 1989 prinsip ketat diberlakukan dimana tidak boleh ada penerbangan jika ada abu vulkanik. Namun, prinsip ini kemudian diubah menjadi lebih lunak saat terjadi krisis Eyjafjallajokull 2010.

Sejak saat itu, pesawat diizinkan melintas jika konsentrasi abu maksimal 200-300 mikrogram untuk setiap meter kubik udara. Selain itu juga diterapkan kebijakan “time-limited zone” dimana pesawat diizinkan melintas dengan durasi tertentu jika konsentrasi abu lebih tinggi.

Tetapi kebijakan semacam ini sejauh ini hanya berlaku di wilayah Eropa. Wilayah lain masih menerapkan kebijakan ketat tidak ada penerbangan jika ada abu vulkanik.

Upaya Mitigasi

Saat ini terdapat sembilan regional untuk Volcanic Ash Advisory Centres (VAAC) yang tersebar di seluruh dunia. Sembilan regional itu meliputi Anchorage (AS), Buenos Aires (Argentina), Darwin (Australia), London (Britania Raya), Montreal (Kanada), Tokyo (Jepang), Toulouse (Prancis), Washington (AS) and Wellington (Selandia Baru).

Tiap-tiap regional ini memiliki wilayah tanggung jawab masing-masing. Indonesia termasuk ke dalam wilayah tanggung jawab VAAC Darwin (Australia).

VAAC bertanggung jawab untuk memantau berbagai informasi mengenai aktifitas vulkanik (citra satelit, laporan pos pengamat, dll) dan juga mengeluarkan peringatan berupa Volcanic Ash Advisories and Graphic (VAA/VAG) pada wilayah tanggung jawabnya. Peringatan ini kemudian yang akan menjadi acuan berbagai otoritas penerbangan untuk menentukan kebijakan penerbangannya.

Di Indonesia, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bertanggung jawab mengeluarkan peringatan yang dikenal sebagai Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA). VONA memberikan peringatan berdasarkan kode warna (hijau, kuning, oranye, dan merah) bergantung pada kondisi gunungapi yang dipantau. Laporan ini kemudian disebar kepada otoritas penerbangan dan juga terbuka kepada publik.

Pelajaran dari Eyjafjallajokull 2010

Barcelona pun pada akhirnya tidak bisa melanjutkan perjalanan di Liga Champions Eropa setelah hanya menang 1-0 di leg kedua. Tetapi rangkaian erupsi Eyjafjallajokull 2010 berlanjut hingga berakhir di penghujung bulan Mei.

Dari rangkaian erupsi itu Eyjafjallajokull memuntahkan setidaknya 10 juta meter kubik material vulkanik. Panas akibat lava dan material vulkanik ini juga melelehkan gletser yang menutupi gunung ini. Limpahan gletser yang meleleh ini menyebabkan banjir yang membahayakan wilayah sekitar.

Erupsi Eyjafjallajokull 2010 saat itu memberikan banyak pelajaran bagi banyak orang, terutama otoritas penerbangan, vulkanolog, serta meteorolog. Salah satunya adalah semakin akuratnya pengembangan permodelan sebaran abu vulkanik dari berbagai otoritas.

Selain itu, kemajuan ini juga memberikan pelajaran mengenai pentingnya kolaborasi antar disiplin dan antar instansi untuk meningkatkan pencegahan dampak berbahaya dari erupsi gunungapi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.