SHARE
Kerusakan bangunan akibat gempa Mexico City, 19 September 2017 (sumber : http://www.smithsonianmag.com)

Menjelang pergantian hari, Jum’at 15 Desember 2017 pukul 23.47 WIB, sebagian besar masyarakat di wilayah Pulau Jawa dihebohkan dengan gempa bumi tektonik yang berpotensi menyebabkan tsunami. Gempa berkekuatan M = 6,9 SR bersumber dari 42 km Barat Daya Kawalu, Tasikmalaya pada kedalaman 107 km.

Gempabumi Tasikmalaya pada 15 Desember 2017 (sumber : usgs)

Hasil analisis peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempabumi berupa guncangan cukup kuat dirasakan hingga menimbulkan kerusakan ringan di Tasikmalaya dan Pangandaran dalam skala intenitas V-VI MMI. Selain itu guncangan juga dirasakan di Bandung, Bogor, Depok, Jakarta, Cilacap, Kebumen, Semarang, Klaten, Yogyakarta, Ngawi, Madiun, Nganjuk, Karangkates, dalam skala intensitas II-III MMI.

Sejarah Gempa

Sobat geost, tahukah bahwa zona selatan Jawa Barat telah berulangkali diguncang gempa?

Lebih dari 100 tahun yang lalu, tepatnya pada 27 Pebruari 1903, Banten diguncang gempa berkekuatan M = 8,1 SR. Menyusul pada 17 Juli 2006, tsunami menyapu kawasan Pangadaran yang sebelumnya dipicu oleh gempa berkekuatan M = 7,8. Hingga kemudian kawasan Tasikmalaya, pada 2 September 2009 gempa bumi merubuhkan banyak bangunan dan menelan korban jiwa. Satu catatan menarik bahwa gempabumi yang terjadi beberapa hari lalu, memiliki pusat yang hanya berjarak sekitar 50 km arah utara dari pusat gempa tahun 2009. Apakah serentetan gempa ini terjadi karena penyebab yang sama?

Penyebab Gempa

Secara regional, tatanan tektonik seismik aktif wilayah Jawa Barat yang kompleks menyebabkan kawasan ini rawan terjadi gempabumi. Penyebab gempabumi disebabkan karena penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Penunjaman ini mengakibatkan adanya deformasi batuan pada zona Benioff dari lempeng samudra yang tersubduksi

Ilustrasi terjadinya gempa pada zona penunjaman / benioff zone (sumber : tulane edu university)

 

Bisakah kita melihat pola gempabumi yang pernah terjadi, lantas memprediksi untuk di masa mendatang?

Hingga saat ini, belum ada kajian dan teknologi yang dapat memprediksi gempabumi baik waktu maupun lokasi kejadian secara presisi. Meski begitu, kajian mengenai patahan-patahan aktif dapat dilakukan sebagai kajian secara regional.   

Seismic Gap

Pada tahun 2009, Ikatan Ahli Geologi Indonesia merilis kondisi tektonik dari kawasan selatan Jawa Barat yang menunjukkan adanya Seismic Gap pada bagian selatan Tasikmalaya. Artinya, kawasan ini tidak terjadi (sepi) aktivitas seismik. Sepinya aktivitas seismik tidak lantas membuat daerah tersebut aman dari peristiwa gempa bumi. Hal ini justru mengindikasikan fase akumulasi energi yang bisa kapan saja melepaskan energinya (dalam bentuk gempabumi), dua diantaranya yang terjadi di tahun 2009 dan beberapa hari lalu. Mungkinkah hal ini terjadi kembali di masa mendatang? Melihat kondisi penyebab dari gempabumi sangat dimungkinkan kelak dapat terjadi kembali. Hanyasaja, lokasi dan waktu terjadinya gempabumi tidak dapat diprediksi secara akurat. 

Secara regional tantanan tektonik lokasi gempa Tasikmalaya berada pada area seismic gap (sumber : dongeng geologi, dengan modifikasi)

Kondisi Geologi

Akibat yang ditimbulkan peristiwa gempabumi menyebabkan kerusakan yang berbeda bergantung pada tatanan geologi dari kawasan tersebut. Tasikmalaya dan Pangandaran mengalami kerusakan terparah. Tasikmalaya didominasi oleh breksi hasil endapan gunung api kuarter yang pada sebagian wilayah belum terkonsolidasi (material lepas), sedangkan pada Pangandaran di dominasi oleh endapan pantai dan alluvial. Karakteristik semacam inilah yang dapat menimbulkan resonansi gelombang seismik hingga memicu amplifikasi (penguatan) guncangan gempabumi.

 

Sayatan geologi yang menunjukkan kondisi litologi area Tasikmalaya (sumber : Djuri, 1973)
Sayatan geologi yang menunjukkan kondisi litologi area pangandaran (sumber : Simandjutak, 1992)

Kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi tidak hanya disebabkan oleh kekuatan gempabumi ataupun jaraknya terhadap sumber gempa. Namun juga sangat dipengaruhi oleh kondisi batuan dipermukaan dan kekuatan konstruksi dari bangunan. Maka, amati kondisi lingkungan sekitar tempatmu tinggal. Sudahkah aman jika gempabumi terjadi?

Karena gempabumi tak akan memilih di mana dan kapan ia terjadi

Referensi :

Informasi banyak disadur dari pernyataan yang dipublikasikan oleh Bapak Daryono (BMKG) melalui akun sosial media pribadi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.