Lukisan Krakatau yang merupakan karya dari seorang kartografer asal Belanda bernama Jav van Schley yang berjudul De Brandende Zwavelberg atau “Gunung yang Terbakar” yang dibuat pada abad ke-18. Simon Winchester dalam bukunya “Krakatoa: The Day World Exploded: August 27, 1883” menyatakan bahwa lukisan tersebut menggambarkan erupsi Gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1680.
“it was a depiction, without a doubt, of the otherwise little-chronicled eruption that supposedly took place in 1680.” (Winchester, dalam bukunya halaman 136).

via: Wikimedia Commons (CC BY SA 4.0)
Pada Februari 1681, Johan Wilhelm Vogel, seorang insinyur asal Belanda, melakukan perjalanan dari Sumatra ke Batavia melewati Selat Sunda. Dalam perjalanannya, Vogel melihat Pulau Krakatau yang terbakar habis dan tandus, serta di empat lokasi memuntahkan bongkahan api yang besar. Kapten kapal yang memimpin perjalanan Vogel memberi tahu bahwa telah terjadi letusan pada bulan Mei 1680.
Vogel menghabiskan beberapa bulan di Batavia dan kembali ke Sumatra pada November 1681 bersama beberapa wisatawan Belanda, termasuk Elias Hesse, seorang penulis. Hesse menuliskan pada jurnalnya bahwa rombongan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Sebesi yang tidak berpenghuni, dan kemudian perjalanan berlanjut ke sisi Utara Krakatau, yang meletus sekitar setahun lalu, yang juga tidak berpenghuni. Pada pulau tersebut, terdapat kolom asap yang mengepul dan dapat terlihat dari jarak berkilo-kilometer jauhnya.
Akan tetapi, laporan-laporan mengenai letusan pada tahun 1680-1681 ini menimbulkan suatu teka-teki. Karena hanya terdapat dua laporan yang telah ditemukan, padahal Selat Sunda merupakan salah satu jalur air yang paling banyak dilalui di dunia. Sehingga Van den Berg (peneliti asal Belanda) dan Verbeek (geolog asal Belanda) menyimpulkan bahwa Vogel pasti melebih-lebihkan tingkat letusan yang dilihatnya.