
via Wikimedia Commons (CC BY-SA 4.0)
Sesaat setelah letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883, orang-orang yang selamat dari maut tersadar melalui berbagai cara yang ajaib. Seorang pria yang pada saat kejadian sedang tertidur pulas di rumahnya tersadar telah berada di puncak sebuah bukit lengkap beserta ranjangnya.
Sebagaimana yang dikutip dari Simon Winchester dalam buku Krakatoa: The Day The World Exploded: August 27, 1883, seseorang mengaku selamat dari terjangan gelombang tsunami dengan menunggangi seekor buaya.
Alexander Patrick Cameron, konsultan Inggris di Batavia, menuliskan laporannya untuk London tentang kerusakan yang ditimbulkan akibat letusan Krakatau.
“Kerusakan yang diakibatkan oleh gelombang-gelombang di pantai, baik terhadap nyawa manusia maupun properti, sekalipun dari laporan-laporan yang sudah tersebar sangat luas, tidak bisa ditentukan dengan pasti mengingat laut masih berombak tinggi dan hujan abu masih berlangsung, komunikasi telegraf dan jalan terputus atau terganggu,” tulis Cameron dalam laporan bertanggal 1 September 1883 itu.
Dalam laporan yang sama, sebagaimana dikutip oleh Simon Winchester, Cameron juga menuliskan tentang kondisi daerah pesisir yang terkena dampak letusan Krakatau. “…seluruh pantai Tenggara Sumatera mengalami kerusakan sangat parah akibat gelombang laut, dan ribuan penduduk pribumi yang menghuni desa-desa di pantai pasti telah lenyap. Pantai barat Jawa dari Merak sampai Tjeringin (Caringin) telah menjadi rata dengan tanah. Anyer, bandar di mana kapal-kapal dengan tujuan laut Jawa dan laut Cina berhentuk untuk menunggu perintah, dan yang merupakan kota yang ramai dengan penduduk (pribumi) beberapa ribu orang, telah lenyap, dan lokasinya telah berubah menjadi rawa.”