
Von Buch, pada abad kesembilan belas, mengambil sampel batuan di selatan Amerika, tepatnya di wilayah pegunungan andes. Sampel batuan itu kemudian dikenal sebagai andesit. Batuan yang sering digunakan sebagai bahan hiasan bangunan. Andesit juga yang menjadi batuan penyusun sepanjang jalan Braga, Bandung.
Apa Sebenarnya Andesit Itu?
Sebenarnya untuk mendefinisikan andesit secara tepat bisa dibilang cukup sulit. Kesulitan terjadi karena bervariasinya komposisi kimia pada kebanyakan andesit. Pada tahun 1971, Washington membuat tabel kimia untuk batuan segar dan menemukan bahwa batuan yang biasa disebut andesit, secara normatif sebenarnya masuk ke dalam dasit, basalt, dan trachyandesite. Andesit asli dari van Buch itu juga diperkirakan adalah hornblende-albite trachyte, dan pada akhirnya ditemukan lebih banyak mengandung Ca-plagioklas dan piroksen (cenderung basa).
Berusaha menengahi kebingungan ini, Raymond (1984) mengungkapkan bahwa andesit secara petrografi adalah batuan afanitik-porfiritik dengan fenokris berupa Na-plagioklas, piroksen, dan/atau hornblende. Raymond juga menyatakan bahwa andesit adalah batuan yang secara kimia memiliki jumlah silika (SiO2) antara 52 sampai 63%, alkali (Na2O + K2O) kurang dari 7%, dan Na2O lebih dari K2O. Kandungan silika antara 52-63% ini menempatkan andesit pada golongan batuan menengah.
Mineral apa saja yang biasa terdapat pada andesit?
Raymond juga menyatakan bahwa mineral-mineral yang menjadi fenokris pada andesit ternyata bervariasi. Mineral seperti Plagioklas (baik dengan dominasi komposisi kalsium maupun sodium), Ortho-piroksen, augit, hornblende, dan biotit biasa menjadi fenokris pada andesit. Untuk mineral-mineral yang menjadi matriks atau massa dasar dapat berupa plagioklas, piroksen, dan/atau mineral gelas. Massa dasar juga dapat berupa gabungan dari ketiga mineral-mineral tadi. Saat menjadi massa dasar plagioklas sering ditemukan sebagai mineral-mineral kecil (mikrolit). Pada batuan vulkanik mikrolit plagiklas ini terkadang menunjukkan adanya tekstur bersusunan sejajar atau biasa disebut tekstur trachytic.Tekstur trachytic ini menjadi indikasi batuan terbentuk dari aliran lava.
Batuan Andesit ternyata Bervariasi
Batuan menengah lain juga memiliki variasi nama. Penamaan batuan menengah ini mengacu pada variasi elemen utama dan juga beberapa sifat kimia tertentu. Karena di beberapa tempat terdapat variasi kimia tertentu pada batuan menengah yang kita anggap sebagai andesit (namun berbeda karakter dengan andesit pada umumnya). Penentuan nama untuk variasi batuan dengan konten silika menengah (andesitis) telah diterapkan pada batuan yang kita kenal tidak sebagai andesit dalam pengertian umum tadi. Walau ada kemungkinan batuan tadi berupa batuan berkomposisi andesit.
Kelemen (1995) mengungkapkan jenis andesit yang memiliki konten Mg tinggi sering ditemukan, salah satu contohnya adalah boninite. Boninite yang di teliti oleh Cameron et al. pada tahun 1983 memiliki kandungan silika sebesar 56.20% dan bisa disebut sebagai andesit. Namun kandungan Magnesianya (MgO) mencapai 11.19%, sebuah ketidakwajaran. Maka sejenis andesit ini dinamakan boninite mengambil nama dari tempat ditemukannya, Pulau Bonin, Jepang.
Batuan andesit purba dapat digunakan untuk memetakan zona subduksi purba. Hal ini mungkin dilakukan karena andesit terbentuk pada kerak benua atau kerak samudera di atas zona subduksi.(gaj)
Referensi :